Rooftop Prince episode 11
On Thursday, May 3, 2012 Labels: Rooftop Prince
Yi Gak mengejar Park Ha dan menghadang sepedanya. Ia tampak marah. Park Ha hanya bisa menunduk. Yi Gak buka suara, tanggung jawab!
Yi Gak menunjukkan ponselnya, ada pasir di dalam sini dan ponselnya tidak mau menyala. Tanggung jawab! haha..bisa aja. Yi Gak paling pintar cari alasan.
Park Ha tidak mengira kalau tanggapan Yi Gak seperti itu, ia setengah lega. Benarkah? Aku minta maaf.
Yi Gak : Jika kau main2 lagi seperti ini, kau akan dihukum, ayo cepat aku lapar.
Park Ha mengayuh sepedanya dan berkata yang kalah harus traktir makan siang. Park Ha langsung pergi. Yi Gak memandang punggung Park Ha dengan wajah serius.
Yi Gak dan Park Ha jalan sambil menuntun sepeda mereka. Yi Gak tanya apa Park Ha tidak apa-apa.
Park Ha : Apa?
Yi Gak : Kukira kau tadi berkata lelah.
Park Ha berkata setelah jalan sebentar, ia merasa lebih baik. Park Ha dapat telp dari ibu. Ibu minta Park Ha mampir ke rumah sebentar.
Ibu meletakkan telp dan Se Na bersiap keluar. Ibu heran, Se Na mau kemana. Ia sudah menyiapkan mie untuk makan siang. Tapi Se Na berkata ada janji makan siang di luar. Apa akan ada yang datang?
Se Na mengemudi mobil keluar, ia tidak melihat Park Ha dan Yi Gak yang jalan ke arah rumah ibu sambil menuntun sepeda.
Park Ha minta Yi Gak menunggu sebentar, ia masuk ke dalam menemui Ibu.
Ibu minta tolong Park Ha membereskan laporan pajaknya. Ibu tidak bisa melakukannya sendiri. Park Ha bersedia dan berkata akan membawa berkas2 ibu pulang karena ia ditunggu temannya.
Ibu setuju lalu memberikan ponsel milik Tae yong asli. Ibu mengira ponsel ini terbawa saat mengunjungi rumah Park Ha waktu itu. Ini milik temanmu kan, ada fotonya disini. Ini dia, kan? Ibu heran, kenapa kacanya retak, apa dia ingin membuangnya.
Park Ha mengambil ponsel Tae Yong dan berkata akan mengembalikan ponsel ini pada pemiliknya.
Park Ha keluar dan menyerahkan ponsel itu ke Yi Gak, sepertinya ini ponsel Tae Yong. Apa kau menghilangkannya? Bukankah seharusnya ponsel ini ada padamu?
Yi Gak ingat, ia kehilangan ponsel itu saat akan membongkar passwordnya di pusat service. Saat itu, ia bersama Tae Mu.
Chi San sakit perut. Man Bo dan Yong Seol kebingungan, Pejabat Do, bagaimana dan dimana bagian perutmu yang sakit? Tapi Chi San tidak bisa menjawab dan terus mengerang kesakitan.
Man Bo ingin membawa Chi San ke RS. Yong Seol menggendong Chi San.
Se Na datang dengan belanjaan. Apa kabar? maaf aku terlambat. Omo! Apa yang terjadi?
Man Bo berkata kalau Chi San sakit perut. Se Na mengerti dan langsung mengantar mereka ke RS.
Man Bo dan Yong Seol mondar-mandir di depan ruang periksa. Yong Seol cemas, Pejabat Do akan baik-baik saja kan? Dia tidak akan meninggal begitu saja, ya kan?
Man Bo : Siapa yang akan meninggal? Meskipun ia meninggal, dia akan meninggal setelah kita kembali ke Joseon. Tidak adil baginya jika ia harus meninggal di saat yang salah dan di tempat asing ini.
Se Na keluar dan keduanya menanyakan hasilnya. Ternyata usus buntu Chi San bermasalah dan sudah parah sehingga harus dioperasi.
Man Bo dan Yong Seol cemas, ia tidak apa-apa kan? Se Na menenangkan mereka, tentu saja, ini hanya operasi kecil. Dia harus rawat inap di sini dan baru bisa pulang beberapa hari lagi.
Man Bo pulang dan menyiapkan baju untuk Chi San.
Yi Gak dan Park ha pulang. Yi Gak heran karena rumah sepi dan ia melihat bahan makanan di lantai. Man Bo keluar dengan koper.
Yi Gak : Kau mau kemana dengan koper itu?
Man Bo : Kenapa anda baru pulang?
Man Bo menjelaskan kalau Chi San sakit perut dan harus dioperasi diperutnya. Man bo berkata ia pikir pejabat Do hampir meninggalkan dunia ini. Yi Gak terkejut, ketiganya langsung bergegas ke RS.
Yong Seol dan Se Na menunggu sampai Chi San siuman. Yong Seol tanya apa Chi San merasa lebih baik sekarang? Chi San mengiyakan.
Se Na berkata kalau obat anestesinya sudah habis pengaruhnya, Chi San akan merasa sakit sedikit, tapi nanti akan segera sembuh. Chi San mengiyakan.
Yi Gak, Park Ha, Man Bo datang. Park Ha dan Se Na saling melirik dengan dingin.
Man Bo menjelaskan, jika bukan karena Se Na, pasti akan terjadi sesuatu. Sekretaris Hong tahu apa yang harus dilakukan dan Chi San bisa segera dioperasi.
Man bo berkata ke Se Na : Anda menyelamatkan nyawa seseorang.
Yi Gak dengan tulus berterima kasih. Se Na tersenyum, tidak aku tidak banyak melakukan apa-apa. Yi Gak berkata Se Na sudah melakukan sesuatu yang hebat.
Park Ha keluar ruangan dengan diam-diam. Yi Gak menoleh memandangnya.
Man Bo dan Yong Seol merasa kasihan pada Chi San karena belum boleh makan. Chi San baru boleh makan atau minum kalau sudah buang gas.
Park Ha cuci tangan dan ingat sikap Yi Gak pada Se Na. Ia jalan keluar dan melihat Se Na lagi yang akan pulang. Yi Gak mengantarnya keluar dan berterimakasih.
Se Na minta Yi Gak tidak membuatnya cemas. Yi Gak heran, apa maksudnya.
Se Na : Saat aku tanya mengenai Park Ha, kau ingat memintaku tidak cemas kan?
Yi Gak mengiyakan. Se Na berkata sebelum mereka mengantar Chi San ke RS, kenapa hanya Yi Gak dan Park Ha yang tidak ada di rumah.
Yi Gak : Kami hanya keluar sebentar, tidak ada apa-apa.
Se Na berkata ia tetap merasa resah. Lalu Se Na pergi.
Joseon 4 berkumpul di kamar Chi San. Chi San cerita, ia pikir ia akan meninggal tadi, tanpa bisa melihat wajah ibunya. Bahkan sambil menahan rasa sakit saya terus saja memikirkan kampung halaman saya.
Yong Seol : Apa kau ingat berteriak, kalaupun kau meninggal, kau akan meninggal setelah pulang ke Joseon?
Chi San membenarkan, memang enak hidup disini, tapi ini bukan kampung halaman dimana keluarganya tinggal. Sekarang, saya benar2 ingin segera kembali.
Man Bo : Kapan kita akan bisa kembali ke Joseon?
Yi Gak merasa bersalah, kalian semua menderita karena kesalahanku, karena aku tidak memiliki kemampuan.
Yi Gak yakin, setelah mereka menyelesaikan apa yang harus mereka kerjakan saat datang dari Joseon, maka kita akan bisa kembali pulang.
Yi Gak : Jadi kuharap, kalian semua percaya ini dan menunggu sebentar lagi.
Mereka mengiyakan.
Park Ha masuk membawa makan malam. Man Bo heran, kenapa hanya ada 3. Park Ha berkata kalau Chi San belum boleh makan dan dia juga tidak selera makan. Aku pergi dulu, kalian semua harus makan.
Yi Gak juga tidak mau makan.
Man bo membuka kotak makanan itu dan isinya tampak menggiurkan. Chi San sudah ngiler, tapi ia belum boleh makan.
Yong Seol tiba2 bicara, sampai pejabat Do buang angin, aku akan puasa bersamanya.
Man bo yang hampir menyuapkan makanan ke mulutnya terdiam, ia tidak jadi makan dan melirik ke arah Yong Seol dengan sebal. Kalau Man Bo makan, kesannya tidak setia kawan hahaha..jadi puasa semua. Menunggu Chi San buang angin.
Yi Gak jalan bersama Park Ha ke halte bis. Keduanya berdiri menunggu bis tanpa bicara.
Bis datang dan Yi Gak naik. Tapi Park Ha tidak. Yi gak baru sadar Park Ha tidak naik setelah ia diatas bis.
Park Ha jalan pergi, tanpa menoleh ke arah Yi Gak. Yi gak pulang duluan. Yi Gak menunggu Park Ha.
Tapi sampai jam 11:30 malam, Park Ha belum juga pulang. Yi Gak mondar-mandir gelisah. Ia mencoba telp, tapi ponsel Park ha dimatikan. Akhirnya dia tidak tahan lagi. Yi gak mengambil jaketnya dan keluar rumah.
Yi Gak lari sepanjang jalan mencari Park Ha ke tempat2 yang biasa dikunjungi mereka, seperti waserda, halte bis, dan disekitar lingkungan mereka.
Park Ha ada di rumah, ia duduk di dekat reklame pantai itu dan tidak berani masuk ke dalam rumah.
Yi Gak pulang. Ia terkejut melihat Park Ha duduk di halaman. Yi Gak tidak bisa menyembunyikan kelegaan di wajahnya. Tapi beberapa detik kemudian, ia mengubah raut mukanya dan jalan ke arah Park Ha dengan tenang.
Yi Gak : Kenapa kau disini dan tidak masuk ke dalam?
Park Ha terkejut, kau tidak didalam? lampunya menyala. Kau pergi kemana?
Yi Gak berkata ia merasa pengap dan jalan-jalan mencari udara segar. Kapan kau pulang?
Park Ha : Baru saja. Aku baru saja sampai.
Yi Gak tanya kenapa ponselnya dimatikan. Park Ha terkejut, apa kau telp? kenapa? Yi Gak mengarang alasan, aku ingin menyuruhmu melakukan sesuatu. Yi Gak jalan masuk.
Yi Gak mengorek akar bunga lotus dari dasar aquarium. Lalu mengeluarkannya dengan hati2 menggunakan sumpit.
Park Ha turun membawa pot isi tanah, apa ini yang kau maksud?
Yi Gak mengiyakan.
Park ha meletakkan pot dan jalan pergi. Yi Gak melarangnya, jangan pergi dulu, bantu aku.
Yi Gak dengan hati2 memindahkan bunga lotus ke dalam pot. Ia melakukan-nya dengan penuh perasaan.
Park Ha : Kenapa kau hanya memindahkan bunga lotusnya?
Yi Gak : Aku harus memisahkannya agar bunga ini bisa tumbuh dengan baik dan tidak mati.
Park Ha : Kenapa bunga itu tidak bisa hidup bersama dalam aquarium bersama ikan2 itu? Kenapa kau harus melakukannya?
Yi Gak menghela nafas, dia tahu percakapan ini bukan sekedar bunga lotus dan aquarium, tapi eksistensi Park ha dan juga mereka semua. Kenapa Park Ha tidak bisa tinggal bersama mereka saja.
Yi Gak : Aku berniat menanam-nya secara terpisah sejak awal.
Park Ha sedih dan jalan pergi. Ia duduk di meja teras.
Yi Gak ikut keluar dan memandang punggung Park Ha dengan wajah sedih. Yi Gak duduk di depan Park Ha.
Keduanya duduk dalam diam beberapa lama, Park Ha tampak kikuk. Akhirnya ia berdiri dan berkata akan beli buah untuk dibawa ke RS besok.
Yi Gak menahan pergelangan tangan Park Ha. Ia tanya, apa benar ..kalau kau menyukaiku?
Park Ha terkejut, ia menatap Yi Gak dengan tajam, apa kau melihat...sms itu? Park Ha tidak percaya, kau melihatnya.
Park Ha : Sepanjang hari kau bersikap seolah-olah kau tidak mengetahuinya dan membuatku jadi seperti orang bodoh.
Park Ha marah dan ingin pergi. Yi Gak memanggilnya. Park Ha, apa kau benar2 menyukaiku?
Yi Gak memutar bahu Park Ha, Jangan menyukaiku.
Park Ha menahan tangis dan berbalik. Air matanya langsung keluar. Park Ha pergi.
Yi Gak berkata sendiri : Aku minta maaf.
Park Ha pergi ke taman bermain dan menangis. Yi Gak duduk di depan rumah sambil berpikir.
Paginya, Yi gak pergi ke pusat pelayanan ponsel. Ia memberikan ponsel Tae Yong dan minta tolong dibuka passwordnya. Yi Gak juga memberikan ID Tae Yong dan minta screen-nya yang pecah diperbaiki.
Yi Gak duduk di mobilnya dengan ponsel Tae Yong. Sekarang ponsel itu sudah kembali seperti sedia kala. Yi Gak menyalakannya dan melihat foto Tae Yong dan Nenek sebagai wallpaper.
Yi Gak ragu saat akan membuka memori foto2 Tae yong. Tapi akhirnya dibuka juga. Tampak foto-foto Tae Yong bersama Tae Mu. Ada satu foto dengan Park Ha di latar belakangnya, hanya tidak begitu jelas. (pelayan bar di belakang mereka, pasti Park Ha.)
Yi Gak memeriksa tanggal pengambilan gambar, ternyata 17 Feb 2010.
Yi Gak bertemu Park Ha di cafe. Park Ha heran, kenapa Yi Gak ingin dia membawa kartu pos yang dilukis Tae Yong.
Yi Gak mengamati kartu pos itu, lalu tanya bagaimana cara Park Ha mendapatkan kartu pos ini. Ia ingin tahu sekali lagi.
Park Ha : Saat aku masih kerja di bar di NY, managerku memberikan ini padaku dan berkata seseorang telah meninggalkan ini untukku. Aku tidak tahu kapan dia menggambar wajahku dan aku tidak pernah melihat apa orang itu Yong Tae Yong.
Yi Gak : Kapan kau menerima kartu pos ini saat di AS?
Park Ha : Tanggal pastinya? Saat aku kembali ke Korea itu tgl 20 Februari. Dia memintaku bertemu dengannya malam sebelumnya.
Jadi, tgl 19 Feb. Di kartu pos itu ditulis, agar menemuinya lusa. Jadi tgl saat aku mendapatkan kartu pos itu adalah...17 Februari.
Yi Gak tertegun, 17 Feb. Ia ingat tgl. saat foto Tae Yong-Tae Mu diambil. Park Ha merasa aneh, sampai sekarang ia masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Yi Gak tiba2 sadar, Park Ha, sebenarnya kau hampir bertemu Yong Tae Yong.
Park Ha : Sehari sebelum aku pulang kesini, jika saja dia datang ke Taman Patung Liberty, kami mungkin saja bertemu. Tapi ia mengecewakanku.
Yi Gak : Alasan kenapa Yong Tae Yong tidak datang menemuimu adalah mungkin karena...dia sudah meninggal.
Park ha syok, apa itu..benar?
Yi Gak merasa memang seperti itu. Park Ha bingung, bagaimana dia bisa meninggal?
Yi Gak : Itu yang akan kuselidiki. Kau seharusnya bertemu Yong Tae Yong.
Yi Gak tampak terpukul, kau ditakdirkan bertemu Yong Tae Yong.
Gambar kupu-kupu kuning di kartu pos Park Ha itu bersinar. Sepertinya kesimpulan Yi Gak semakin dekat dengan kebenarannya.
Yi Gak bertemu Manajer Pyo. Ia tanya kapan tepatnya ia menghilang di Amerika.
Pyo : Kami memperkirakan sekitar tgl 18 Feb. Karena, kau menyewa kapal untuk pergi ke lepas pantai tgl. 18 Feb. Kemudian, kami hanya menemukan kapalnya. Tapi kau, Tae Yong...menghilang tanpa jejak.
Yi Gak mencatat, tgl 18 Feb menghilang.
Yi Gak tanya kapan Tae Mu tiba di AS. Pyo berkata, Tae Mu pergi ke AS dan menemuimu tgl 17 Feb.
Yi Gak mencatatnya lagi. Pyo tertarik, kenapa? Apa kau ingat sesuatu? Yi Gak menggeleng, tidak, manager.
Pyo menghela nafas dan mengulas lagi, Tae mu tiba tgl 17 Feb. Tgl. 18 Feb kau menghilang. Jadi jika kami menemukan bukti kalau Tae Mu pernah bertemu denganmu antara tgl 17 dan 18 Feb, kita akan bisa mengungkap kebohongannya.
Yi Gak : Tae Mu berkata dia tidak pernah bertemu denganku saat di AS, ya kan?
Pyo yakin Tae Mu sudah bertemu Tae Yong, sayangnya dia tidak punya bukti. Tidak ada bukti.
Yi Gak dan Tae Mu minum bersama di bar. Tae Mu tanya bagaimana kemajuan Yi Gak beradaptasi dengan perusahaan.
Yi Gak berkata ia merasa ingatan-nya mulai pulih, karena dia sering bertemu orang2 yang seharusnya ia ingat.
Yi Gak : Tapi, hal yang kuingat membuatku kesal.
Tae Mu : Kenapa kau hanya mengingat hal2 yang buruk?
Yi Gak : Apa kau percaya takdir?
Tae Mu mendengus : Tidak ada hal seperti itu.
Yi Gak mengangkat gelas birnya, ini seorang pria. Yi Gak menunjuk botol bir, dan ini seorang wanita. Kedua orang ini ditakdirkan untuk bertemu. Tapi dengan cara seperti ini, salah satunya tidak bisa bertemu.
Yi Gak menjatuhkan botol bir dengan keras, sehingga birnya tumpah. Tae Mu terkejut.
Yi Gak : Jadi pria itu tidak pernah bisa bertemu wanita tertentu. Itulah mengapa aku marah.
Tae Mu tidak mengerti maksud Yi Gak, bicaralah dengan lebih sederhana.
Yi Gak : Kalau begitu aku akan mengatakan-nya agar kau bisa mengerti. Saat aku di AS, kapan terakhir kalinya aku bicara denganmu?
Tae Mu tampak waspada, tapi ia berkata Tae Yong yang di AS sedangkan dirinya ada di Seoul, itu sambungan telp internasional. Aku akan menemuimu di NY besok, aku mengatakan sesuatu seperti itu di telp.
Yi Gak : Saat di NY, bukankah kita pergi ke tempat seperti ini bersama?
Tae Mu tertegun, ia melihat sekeliling dan terbayang bar di NY saat ia bertemu Yi Gak dan minum bersama. Tapi Tae Mu berkata dia ke NY 2 sampai 3 kali setahun untuk menemui Tae Yong.
Lagipula, gaya bar seperti ini sangat mudah dijumpai.
Yi Gak berkata, ya seperti itulah saat ini dirinya. Aku tidak tahu apa aku melihat hal2 dari ingatannya, atau hanya berkhayal. Aku tidak bisa yakin.
Sepertinya percakapan terakhirku denganmu bukanlah lewat telp internasional. Tapi aku ingat bicara padamu tentang sesuatu diatas kapal. Itu mungkin hanya imajinasiku saja, ya kan?
Tae Mu mulai panik, tapi ia tetap tenang, apa kau bicara tentang kapal dimana kau menghilang?
Yi Gak : Hyung, pastikan satu hal kepadaku. Dua th lalu tgl 17 Feb saat kau di NY, apa kau bertemu denganku atau tidak?
Tae Mu marah : Dasar gila.
Yi Gak : Kau bertemu denganku atau tidak, itu lain hal. Dasar gila bukanlah jawaban.
Tae Mu memaki Yi Gak lagi, kau bilang kita harus pergi bersama dan berbaikan dan ini yang kau lakukan?
Yi Gak : Kau bertemu denganku atau tidak?
Tae Mu : Aku tidak bertemu denganmu.
Keduanya berdiri berhadapan dan saling melotot, tiba2 Yi Gak ketawa.
Yi Gak : Karena kau berkata kalau kita tidak bertemu, kak,kau adalah pembohong. Jika kau mengatakan kalau kau menemuiku, berarti kau adalah pembunuh. Kau lebih suka yang mana?
Tae Mu : Kau brengsek gila.
Tae Mu jalan pergi. Yi Gak berkata, Hyung! dua orang ini adalah orang yang sama. Seorang pembunuh dan pembohong.
Tae Mu kembali lagi dan menatap tajam Yi Gak, kau sudah ...melanggar batas terakhir. Aku tidak akan mengijinkanmu mengatakan hal-hal seperti ini lagi.
Aku akan menginjakmu sekali untuk selamanya. Aku akan menghancurkanmu. Tae Mu pergi.
Yi Gak masuk kantor, ia akan lewat tangga putar (ah..ini di kantor SBS adegan City Hunter-Jaksa Kim berkelahi). Yi Gak melihat Park Ha yang turun tangga sambil melamun.
Park Ha tergelincir dan jatuh. Yi Gak reflek ingin menolongnya.
Tapi seorang staf wanita muncul tiba2 dan membantu Park Ha berdiri.
Park ha jalan ke arah kantor dan melihat Yi Gak keluar dari kantornya. Park Ha masuk dan menemukan salep serta koyo untuk pergelangan kaki Park Ha.
Park Ha dan Yi Gak pulang. Park Ha langsung ingin bicara dengan Yi Gak. Yi Gak berkata mau bicara apa, aku lelah.
Park Ha tidak suka, kenapa kau begitu baik padaku? Kau seharusnya tidak seperti itu.
Yi Gak pura2 tidak mengerti,apa yang kulakukan sampai kau seperti ini?
Park Ha menyinggung salep dari Yi Gak, kalau itu bukan bersikap baik padaku lalu apa?
Yi Gak : Aku tidak bersikap baik padamu, aku tidak pernah memikirkan melakukan itu.
Yi Gak jalan masuk dan Park ha berseru, aku tidak minta kau menyukaiku sekarang! Ini tidak sesuai. Kau bilang agar aku jangan menyukaimu tapi kenapa kau selalu baik padaku?
Aku tidak terlalu pintar, jadi aku mungkin akan salah paham. Kenapa aku tidak bisa menyukaimu? Tapi kau bisa melakukan apapun sesukamu?
Yi Gak menghela nafas, ia duduk dan minta Park Ha duduk.
Yi Gak mulai menjelaskan. Saat di Joseon, aku memiliki Putri Mahkota.
Park Ha : Aku tahu, kudengar dia adalah Hong Se Na.
Yi Gak : Putri Mahkotaku...meninggal.
Park Ha terkejut.
Yi Gak berkata, Putri Mahkota diracun lima hari sebelum aku tiba disini dari Joseon. Yi Gak menceritakan saat ia syok melihat mayat Putri Mahkota di kolam, lalu saat ia merekrut Joseon 3 untuk membantunya.
Yi Gak ingin mengungkap pembunuhan Putri Mahkota, dan untuk mencari siapa yang sudah meracuninya, mereka menyelidiki berbagai tempat di Joseon, lalu sebuah kekuatan misterius menarik mereka ke masa ini.
Saat aku datang ke sini pertama kalinya, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Tapi saat aku melihat reinkarnasi Putri Mahkota dalam diri Hong Se Na, aku merasa kalau aku harus membuat segalanya sama dengan malam terjadinya pembunuhan.
Aku percaya jika aku hidup bersamanya seperti saat di Joseon, hal-hal yang terjadi malam itu akan terjadi lagi. Semua hal yang kulakukan, menjadi Yong Tae Yong, kerja di perusahaan, semuanya hanya untuk menikahi Putri Mahkota. Seperti sebelumnya, seseorang akan mencoba membunuhnya lagi, seperti yang mereka lakukan di Joseon.
Kenyataan kalau aku sudah melewati 300 th dan sampai di sini memang ajaib. Aku yakin ini pasti tangan takdir. Agar aku bisa mengungkap siapa yang mencoba membunuhnya disini dan mencegah pembunuhan-nya kali ini. Jika aku bisa melakukan itu, aku akan tahu mengapa ada yang membunuh Putri Mahkota di Joseon dan siapa orang itu.
Saat aku tahu semua kisahnya, maka anak-buahku dan aku bisa kembali ke Joseon. Alasan kenapa aku harus menikahi Hong Se Na, kau mengerti sekarang?
(Sebenarnya semua ini untuk menyadarkan Yi Gak, jangan terpesona pada kulit luar menawan Hwa Yong yang palsu. Lagipula, yang terbunuh belum tentu Hwa Yong, bisa saja Bu Yong yang dipaksa mengenakan baju Putri Mahkota. Jadi kemungkinan, nyawa Park ha akan terancam lagi di sini. Dan orang yang membunuh penjual racun serta pembunuh2 yang mengejar Yi Gak dll juga pasti suruhan Hwa Yong.)
Se Na janjian dengan Yi Gak. Se Na berkata ingin menikah dengan Yi Gak. Se Na berkata ia menekan perasaan malunya dan mengatakan ini pada Yi Gak.
Yi Gak berterima kasih. Se Na berkata kalau terima kasih itu tidak cocok diucapkan, yang lebih cocok adalah, ayo kita lakukan dengan baik mulai sekarang. Yi Gak dan Se Na berjabat tangan. Yi Gak mengajak Se na bertemu para tetua.
Yi Gak dan Se Na menghadap Presdir. Yi Gak berkata ingin menikah dengan Se Na.
Semua terkejut, ini terlalu mendadak. Bibi Wang geli, anak muda sekarang ini benar2 cepat. Yi Gak berkata ia tahu ini terlalu cepat, tapi ia ingin menikah segera.
Nenek mengusulkan kalau mereka sebaiknya tunangan dulu, kemudian baru menentukan tanggal pernikahan.
Bibi Wang menggoda, apa kau benar2 tidak sabar Tae Yong? Kau ingin segera menikah saat ini? Yi Gak hanya tersenyum.
Direktur Yong menatap Se Na sambil tersenyum. Se Na memalingkan mukanya. Nenek langsung minta Se Na memanggilnya Nenek dan ia tampak senang sekali.
Tae Mu syok saat mendengar berita itu dari ayahnya. Tapi Direktur Yong Dong Man mencegah Tae Mu melakukan kebodohan. Ia ingin Tae Mu menikah sebelum Tae Yong. Ia ingin menyingkirkan Tae Yong dan Se Na sekaligus.
Tae Mu tidak mau mendengar dan pergi.
Tae Mu bertemu Se Na, ia marah dan mengguncang bahu Se Na, kenapa? Apa yang sudah kau lakukan? Siapa yang kau pikir akan kau nikahi?
Se Na : Alasan aku datang adalah untuk bicara denganmu dan mengakhiri semuanya sekali dan untuk selamanya.
Tae Mu : Hong Se Na.
Se Na : Kelak, jangan memanggilku seperti ini lagi. Ini adalah terakhir kalinya aku akan menemuimu seperti ini.
Se Na jalan pergi.
Tae Mu menyusulnya dan menarik Se Na, dengar baik-baik. Kau tidak akan bisa melakukan apapun yang kau inginkan. Aku tidak akan mengijinkannya. Yi Gak melihat keduanya dan Tae Mu melirik Yi Gak.
Bukannya melepas Se Na, ia justru menatap tajam Yi Gak dan mengancam Se Na, kalian berdua.
Tae Mu pergi. Ia sengaja berhenti sebentar di dekat Yi Gak, tapi keduanya diam saja. Lalu Tae Mu jalan terus.
Se Na berbalik dan terkejut melihat Yi Gak. Yi Gak ingin tahu apa yang terjadi, kenapa Tae Mu bicara seperti itu kepada Se Na.
Se Na berbohong dan berkata ia membuat kesalahan dalam pekerjaan, sepertinya Direktur marah karena hal itu. Ini kesalahanku, kau tidak perlu mencemaskannya.
Se Na menemui Ibu dan memintanya duduk. Ibu heran, kenapa mendadak memintaku duduk. Ada apa ini?
Se Na berkata kalau ia sedang berkencan dengan seseorang. Ibu sudah menduganya. Kenapa? Apa kau mau menikah?
Se Na : Kami akan bertunangan dulu.
Ibu senang sekali, omo! benarkah? Siapa dia? Pria seperti apa dirinya?
Se Na berkata kalau pria itu adalah cucu Presdir perusahaan-nya. Ibu terkejut tapi ia benar2 gembira, bagaimana Se Na bisa bertemu calon suami seperti itu?
Se Na : Ibu..aku belum menceritakan tentang dirimu pada mereka.
Ibu tidak mengerti, huh? apa maksudnya itu?
Se Na berkata kalau mereka tidak tahu apapun tentang Ibu, aku minta maaf. Nanti jika ada kesempatan, aku akan mengenalkan dirimu pada mereka. Tapi sekarang bukan saat yang tepat. Aku mengandalkan ibu. Demi aku, apa kau bisa mengerti bu?
Ibu tampak kecewa, tapi ia berusaha menekan perasaan-nya, oh ..tentu saja.
Malamnya, Ibu dan Park Ha minum soju dan makan daging panggang bersama. Ibu tampak gembira, Park ha bagaimana kau bisa telp tepat waktu seperti itu? Aku baru saja berpikir untuk minum soju sendirian.
Park Ha juga pura2 ceria, aku tahu karena aku adalah putri Ibu.
Ibu mengeluh, kenapa kau menolak anak pemilik toko ikan itu? Dia bilang putranya hanya membicarakan mengenai dirimu sejak bertemu denganmu.
Park Ha : Dia bukan tipeku. Aku akan melakukannya nanti. (Park Ha janji akan ikut perjodohan lagi, tapi bukan sekarang)
Ibu berkata tentang pertunangan Se Na dengan cucu presdir. Kau pasti tahu kan? Park Ha mengiyakan. Ibu ingin tahu pria seperti apa cucu Presdir itu, hanya karena dia kaya. Dia tidak akan memperlakukan wanita seenaknya, ya kan?
Park Ha : Aku tidak tahu benar. (Park Ha tidak bohong, dia benar2 tidak tahu seperti apa Yong Tae Yong asli itu. Yang ia kenal, Yi Gak.)
Ibu mengiyakan, kau pasti tidak kenal dengan cucu Presdir. Park Ha minum sojunya, lalu menuang lagi. Ibu heran, kenapa kau minum banyak sekali? Apa terjadi sesuatu?
Park Ha : tidak..mungkin karena makanan disini sangat enak.
Park ha menuangkan soju untukibu dan keduanya bersulang. Park Ha juga menyuapi ibu makanan. Ibu membalasnya, ini, kau juga makan.
Setelah makan, ibu membayar semuanya. Ibu setengah mabuk. Park Ha tanya kenapa ibu yang membayar, dia sudah bilang yang akan membayar.
Ibu berkata sudah wajar kalau ibu membayar untuk putrinya, bukan sebaliknya.
Park ha mencemaskan ibu yang sudah minum soju 2 botol, apa tidak akan apa-apa. Ibu tertawa, tidak perlu cemas. Saat seusiamu, aku bisa menghabiskan 5 botol tanpa masalah.
Ibu dan Park Ha berpisah, hati2 dijalan. Saat Park Ha hampir pergi, ibu memanggilnya. Ibu tidak tahan lagi, ia menangis dan memeluk Park Ha.
Ibu pasti sakit hati karena perlakukan Se Na. Tapi ibu juga tidak bisa menuntut karena dia merasa bukan ibu kandung Se Na dan dia hanya ingin Se Na bahagia.
Yi Gak mengamati bunga lotusnya dan ingat kata2 Park Ha yang memintanya jangan bersikap baik kepadanya.
Yi Gak jalan keluar, ia meletakkan bunga lotus itu di meja, dan mengamati gambar pantai itu.
Yi Gak ingat saat keduanya duduk di rumah kosong Park Ha. Park Ha cerita kapanpun ia merasa sedih, ia akan melihat gambar pantai itu dan membayangkan bersantai di pantai, setelah itu dia akan merasa lebih baik.
Park Ha pulang, ia sedikit mabuk, hei..Chon Na. Apa yang kau lakukan disini sendirian?
Yi Gak : Apa kau habis minum alkohol?
Park Ha mengiyakan, lalu kenapa? Apa itu sesuatu yang tidak boleh kulakukan? Kalau begitu larang aku. Ayo katakan.
Yi Gak menghela nafas dan menyuruh Park ha masuk lalu tidur.
Park Ha kesal, kau selalu bersikap hebat. Di kota Seoul yang besar dan luas ini, dari semua tempat, kenapa kau jatuh di rumah atapku?
Ini yang dinamakan sial.
Paginya, Man Bo dan Park ha jalan bersama. Man Bo ingin Park Ha menemaninya ke gudang. Karena Chi San akan pulang hari ini dari RS dan Yong Seol harus mengurusnya. Jadi hanya Park ha yang bisa membantu Man Bo.
Keduanya berpapasan dengan Yi Gak. Man Bo langsung membungkuk tapi Park Ha diam saja.
Yi Gak tanya persiapan untuk produk baru. Man bo berkata ia minta bantuan Park ha untuk menyiapkannya, kami baru akan pergi ke gudang.
Yi Gak : Park Ha, sepertinya kami banyak merepotkan dirimu.
Park ha hanya pesan, ini tugas pertama Yi Gak, jadi kita harus pastikan kalau semua akan berhasil. Bekerjalah dengan keras, kami akan pergi.
Man bo dan Park Ha ke gudang dan menghitung barang2 lagi, Man Bo menurunkan kotak satu per satu, tapi jumlahnya tidak cocok.
Mereka tidak menyadari kalau listriknya konslet.
Man Bo ingin ke kantor untuk memeriksanya lagi, mungkin persediaan-nya belum di-update.
Park Ha mengerti dan akan memeriksa yang lainnya. Man bo jalan keluar. Pintunya tertutup dan terkunci.
Yi Gak dan Se Na jalan bersama, keduanya siap meeting dengan pemilik perusahaan.
Man Bo membawa sisa kardus yang ia temukan kembali ke gudang, tapi tidak bisa membuka pintu gudang.
Man Bo menggoncang handle pintu, terkunci dari dalam. Man bo menyadari ada asap dari bawah pintu, ia mulai panik.
Man bo teriak memanggil Park Ha. Park Ha-noona! Park Ha, apa kau bisa mendengarku/
Man Bo berusaha memanggil petugas keamanan, disini! Ada api disini! Ada seseorang di dalam!
Petugas langsung telp 119.
Park Ha terkurung api di dalam gudang, ia berusaha menghindari barang2 yang berjatuhan.
Park ha duduk di balik kardus dan berusaha menahan nafasnya.
Se Na menunjukkan bahan presentasi pada Yi Gak, ia minta Yi Gak konsentrasi pada bagian ROI (Return Of Investment), kalau mereka tanda tangan kontrak dengan kita, yang paling ingin mereka ketahui adalah target penjualan dan potensi pendapatan-nya, bagian ini.
Se Na berkata perusahaan lain juga menginginkan produk ini jadi mereka harus memenangkan kontraknya. Yi gak mengerti.
Pimpinan perusahaan tiba. Yi Gak dan Se Na berdiri lalu saling memberi hormat.
Belum juga meeting, Yi Gak dapat telp dari Man Bo. Yi Gak tampak panik dan berkata ia mengerti.
Se Na membagikan bahan presentasi agar dipelajari oleh tim perusahaan itu.
Yi Gak minta maaf karena ia harus pergi, ada yang penting. Saya benar2 minta maaf. Yi Gak langsung lari.
Se Na dan tim perusahaan itu terkejut. Se Na menyusul Yi Gak, tapi kemudian kembali lagi dan harus mengurus presentasi.
Man Bo dan beberapa orang masih panik, ada seseorang di dalam, cepat! cepat! Man Bo teriak2 memanggil Park Ha.
Penjaga berhasil membuka pintu gudang, asap tebal langsung keluar. Semua terdorong mundur karena kaget.
Yi gak tiba dengan mobil. Ia kelihatan panik sekali.
Yi Gak ada di depan gudang. Karena situasi yang kacau, kehadiran Yi Gak tidak diperhatikan. Yi Gak mengeluarkan saputangannya dan mengambil botol air milik seseorang.
Yi Gak membasahi sapu tangan itu dengan air dan menerobos masuk.
Man bo baru sadar kalau Yi Gak lari masuk ke dalam gudang, ia panik dan teriak2, Chin Na! Chon Na! Kembali!
Yi Gak teriak2, Park Ha! Park Ha kau dimana? Jawab aku! Park Ha!
Park Ha mendengar suara Yi Gak, ia seperti bisa melihat bayangan Yi Gak, tapi Park ha sesak nafas dan pingsan.
Yi Gak teriak keras : Park Ha! Park Ha! Park Ha! Kau dimana?
RP [1], [2], [3], [4], [5], [6], [7], [8], [9], [10]
No comments:
Post a Comment